Showing posts with label LIFE. Show all posts
Showing posts with label LIFE. Show all posts

Two Things

Semporna, Sabah, Malaysia
Tuesday, 14 February 2017
credit to Hakim
Although we couldn't manage to visit all, Alhamdulillah some school visits in Semporna, Sabah, went smoothly and we got a very warmth greeting. I didn't expect such welcoming from them, where all the students gather and made a line to welcome us, saying salaam and welcoming us to their school. The students and teachers were very welcome and friendly. Literally, the students were all smiling to us and pay attention to what we were explaining. 

There was this one Maasha Allah speech from our elected President of our club (IIUM UNESCO Club), Bro Ibrahim, that I've taken a note;

There are two things to feed, the brain and the heart.

We feed the brain with knowledge and the heart with Qur'an and Sunnah, and the purpose of our life is actually to feed these two. We should not feed these two with other that it, like materialism and hatred. Feeding the brain and the heart with purposeless and fruitless things during our life is a total waste of time because we only live in this world once and there's an afterlife, the final life.

They also can't go distinctly, the brain and heart need to go altogether. It's because knowledge leads you to the destination, it's knowledge that allows you to be equipped but it's the heart that filled with Qur'an and Sunnah that knows what is good and what is wrong.

 :]

"Principles, Not Examples"

Kuala Lumpur, Malaysia
Tuesday, 6 September 2016
Source here. Of course, my dorm room would not look like this.


I'm finally back to the twin tower city. Back to mahallah. Back to shawarmas, all nasi goreng, roti canai and teh tarik. After spending 3 months in Indonesia, I'm finally back to the university routine. All subjects are set and I'm ready to give my best, Insha Allah!

The first day of new semester was amazing. I got amazing lecturers, and as usual, to break the ice, they gave us some sort of introduction session and some nasihat session. The first lecturer reminded us how important it is to be alert of the surrounding and to know what is going to happen in the future - being Future Smart and I will give a separate post about this Insha Allah.

Moving on to the third lecture first, because the subject was Investment Analysis, he said that the biggest and the riskiest investment ever made is an investment of a parent to their children. Being a parent himself, he felt that a success of his children is his biggest happiness, that he would do anything for his children, including being apart from them (imagine being apart from your loved ones?). He stayed in KL for Monday to Thursday, and on Thursday afternoon, he would drove back to Ipoh to spend the weekend with the family. Hence he said, "don't disappoint mother and father that have brought you here to study". I almost shed a tear when he said that because disappointing my parents is really something that I don't want to do, and anything related to family always gets me so emotional because I love them so much.

My most highlighted lecture of that day was the second lecture.

Tentang Tujuan

Kuala Lumpur, Federal Territory of Kuala Lumpur, Malaysia
Sunday, 1 December 2013
Sudah 10 menit, laman new text pada tumblr di layar laptop saya terbuka dengan tab-tab lain berisikan laman facebook, twitter dan kompas.com menemani. Sejak tadi malam setelah menonton The Nanny Diaries, tangan saya memang sudah ‘gatal’ ingin menulis. Entah writer block atau apa, ketika new text pada tumblr ini terbuka saya malah bingung mau menulis apa.

Sesuai judul, pagi ini saya akan berbicara sedikit tentang tujuan. VisionGoal. Berada di masa perkuliahan dan asrama, mungkin tidak jauh berbeda dengan teman-teman di pesantren dahulunya (kurang beberapa peraturan yang tidak seketat di pesantren). Berada pada satu kampus, satu kelas, bertemu dalam 24 jam sehari benar-benar membuat kita tidak bisa bohong tentang siapapun kita, bagaimana sifat, kebiasaan dan watak masing-masing.

Saya memang terkadang heran. Kenapa kok ada yang pintar, tetapi malah masuk IIUM (saya hanya waktu itu belum tahu kehebatan kampus sendiri *lol*), bukan universitas terkemuka di negeri sendiri. Kenapa kok dia pandai, tetapi malah mendem di pesantren, bukannya masuk ke sekolah negeri yang notabene favorit dan lulusannya mudah masuk ke universitas top di Indonesia. Keheranan saya bertambah ketika ada yang tidak menyukai hal-hal yang menurut saya bagus untuk perkembangan diri, contohnya, mengikuti organisasi, clubs, atau konferensi-konferensi internasional, atau yang sedang tren di pelajar kota asal saya, pertukaran pelajar ke luar negeri.

Untuk kita, memang memiliki beberapa standar ‘sukses’. Semalam teman saya bercerita “wah, kakak itu udah bener-bener sukses banget ya dia sekarang.” mengingat bahwa sang kakak diterima menjadi salah satu representative untuk mahasiswa internasional di Student Representative Council, semacam BEM kalau di Indonesia. Standar sukses yang ia gunakan di sini ialah aktif di berbagai organisasi. Sedangkan saat rapat program kerja bersama PPI Malaysia, nama senior IPS saya di SMA secara ajaib disebut oleh salah satu pengurus, dielu-elukan sebagai salah satu pembicara di salah satu program PPI Malaysia. Memang, beliau sudah keliling dunia dan bersama organisasinya, namanya sudah terkenal di kalangan pelajar-pelajar aktif Indonesia.

Standar kesuksesan inilah yang terkadang membuat kita menjadi sempit. Loh, kenapa? Karena, terkadang, orang yang tidak mencapai kesuksesan seperti apa yang kita standar-kan, cenderung tidak kita anggap sukses. Saya baru tahu, teman-teman saya yang pintar ini tidak masuk ke sekolah negeri, yang dapat menjamin masuk ke universitas terkemuka, bukan karena mereka tidak pintar tetapi mereka memiliki prioritas yang berbeda. Mereka memilih masuk ke pesantren, dimana hari-hari mereka diisi dengan bukan hanya ilmu dunia, tetapi jauh ke depannya, akhirat.

Saya baru tahu, tidak semua orang menyukai berorganisasi. Birokrasi, administrasi, rapat berjam-jam, bahkan mama saya sendiri tidak betah berada 10 menit saja di ruang rapat, dan keheranan bisa-bisanya anaknya baru pulang sekolah jam 7 malam karena rapat evaluasi OSIS, pada umur kurang dari 17 tahun saat SMA. Beberapa orang mungkin tidak terlalu obsesi mendapatkan CGPA 4, tidak seperti teman saya yang dari pagi sampai malam belajar demi mendapatkan nilai sempurna. Bukan karena malas, orang-orang ini tetap berusaha semaksimal mungkin tetapi tidak seobsesi itu. Beberapa orang tidak akan memilih jurusan ekonomi, tetapi jurusan anthropology, karena mereka minat mereka. Beberapa orang tidak akan masuk ke fakultas kedokteran ataupun teknik (termasuk saya), karena saya memang tidak pernah punya bayangan akan menjadi dokter atau masuk teknik karena minat saya benar-benar 0 pada bidang tersebut.

Salah mereka? tidak. Mungkin apabila saya tetap kekeuh ingin kuliah di komunikasi Universitas Padjadjaran saya bakal stressed out. Saya suka menulis, saya pernah bercita-cita menerbitkan majalah bersama teman sekelas saya, tetapi untuk profesi sepertinya tidak. Mama sayalah yang paling tahu, anaknya ini sejak kecil sudah kelihatan bibit-bibit bisnisnya haha.

Setiap manusia lahir dengan keunikan-keunikan mereka sendiri, dan untuk memukul rata standar kita dengan orang lain sepertinya memang terlalu naif. Baik untuk kita, belum tentu baik untuk orang lain. Sukses menurut kita, mungkin juga bukan sukses bagi orang lain. Yang terpenting kenali diri, bakat dan potensi. Berkelanalah, coba setiap hal baru dan kesempatan sekecil apapun, maksimalkan apa yang ada dalam diri, tidak menyerah dan ingat, Dia selalu ada bersama orang yang mengingat-Nya.

lima puluh tujuh ribu

Padang, Padang City, West Sumatra, Indonesia
Sunday, 1 July 2012
"Saya nyesel dateng telat, barangnya bagus-bagus istri saya pasti suka.
Uang saya cuma 57 ribu, 2 ini bisa ga 57 ribu, dek?"

Saya baru saja menyelesaikan dua hari yang sangat meletihkan. Saya bersama teman teman lainnya mengadakan acara "Sunday Garage Sale", dimana kami menjual barang-barang bekas milik kami setelah beres-beres lemari, dan ternyata ada yang hanya dibeli tidak pernah dipakai, ada pula yang baru dipakai satu atau dua kali, semacam itulah. Walaupun ada pula yang baru, kami jual dengan sangat murah.

Hari pertama dimulai dari jam 6-11 pagi di GOR H. Agus Salim, Padang dan jam 3-6 sore di Jalan Pattimura. Berbagai barang seperti pakaian, sepatu, tas, aksesoris sampai jilbab kami tata rapi agar tampak cantik dilihat dan menarik perhatian para pengunjung. Alhamdulillah, di session pertama kami berjualan, tampak pengunjung sangat antusias. Hal ini dibuktikan dengan hampir 100 barang terjual dalam waktu satu hari, dan kami harus re-stock lagi.

Tapi bukan bagaimana kami berhasil melaksanakan "Sunday Garage Sale" yang akan saya bicarakan pada post kali ini. Tentang acara tersebut tentu akan saya share dalam post lain, nanti. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang saya ingin ceritakan dalam post ini?