Uang, Kebahagiaan dan Rahmat

Kuala Lumpur, Federal Territory of Kuala Lumpur, Malaysia
Monday 10 August 2015
siapa yang tidak mau uang sebanyak ini? (source)
Sepertinya ini post pertama saya soal finance :p bukan, saya cuman kurang pede aja masih merasa belum cukup ilmu buat ngebahas tentang finance. Apalagi kalau ternyata bakal dibaca oleh para Masters in Finance, atau pun juga peminat finance dan orang-orang finance. Waduh, malu saya. Ilmunya masih cetek.

Baru saja tadi pagi saya mengikuti Arabic Oral Test dimana bahasa Arab merupahan mata kuliah wajib bagi siswa, setidaknya 2 level untuk beberapa fakultas (termasuk fakultas ekonomi dan manajemen saya) sedangkan 6 level untuk fakultas lainnya. Masing-masing siswa harus mencari partnernya (in my case, 3 orang karena satu orang lagi tidak mendapat partner), memilih satu dari beberapa kertas (seperti cabut undi) yang berisikan 2 pertanyaan. Pertanyaan pertama kami diharuskan membuat sebuah percakapan mengenai "Berpuasa di bulan Ramadhan" dan yang kedua adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing karena berupa opini setuju atau tidak setuju. Pertanyaannya adalah "Apakah uang/harta adalah sumber kebahagiaan hidup?".

Dengan bahasa Arab yang pas-pasan dan bercampur dengan bahasa Inggris, saya menjawab uang/harta sangat penting dalam kehidupan, namun bukan satu-satunya sumber kebahagiaan.


Akui saja, kita semua memerlukan uang. Sang ayah perlu untuk membangun tempat tinggal yang layak bagi keluarganya, sang ibu perlu untuk menyediakan makanan lezat dan sehat untuk keluarganya, sang anak perlu untuk biaya sekolahnya, yang belum berkeluarga? Perlu untuk menghidupi hidupnya. Segala hal dasar dalam kebutuhan primer ini memerlukan uang dalam pemenuhannya. Tapi apakah ia sumber kebahagiaan?

Saya rasa iya, tapi tidak selamanya. Seberapa bahagia kita mendapatkan uang sangat banyak? Seberapa bahagia kita mendapatkan tas keluaran model terbaru dengan harga selangit? Sampai akhirnya kita bosan dan tas itu tergeletak dalam lemari -- atau bahkan sengaja hanya diletak di dalam lemari karena saking bagusnya semacam segan untuk memakai? Seberapa lama sih bahagia kita ketika mendapat barang-barang baru sampai akhirnya terlupakan dengan keinginan-keinginan yang baru lagi? Tidak lama, bukan? :)

Saya berbahagia dan sangat bersyukur memiliki keluarga (dan juga sekaligus life mentor) yang memiliki pandangan bahwa uang hanyalah sekedar alat. Tidak lebih. Uang adalah alat agar sang ayah dapat membangun rumah impian yang layak untuk keluarganya, uang adalah alat untuk sang Ibu membeli bahan masakan agar anaknya mendapat gizi yang cukup, uang adalah alat untuk si anak dapat mengemban pendidikannya setinggi mungkin dan mencapai cita-citanya. Tidak lain dan tidak bukan, uang hanya sekedar alat.

Uang/harta menjadi sumber kebahagiaan ketika ia disalurkan kepada hal-hal yang baik, agar digunakan dengan baik dan maksimal untuk keberlangsungan hidup. Seberapapun megahnya rumah apabila tidak diisi oleh keluarga yang saling menyayangi karena Allah, apakah ada rahmat Allah di sana? Seberapapun tingginya jenjang pendidikan seseorang apabila itu tidak menjadikannya rendah hati, tidak memberikan manfaat kepada sekitarnya, apakah ada rahmat Allah di sana? Uang menjadi sumber kebahagiaan pula bila alat tersebut dapat digunakan untuk memberi kebahagiaan orang lain. Dan pada akhirnya, bukan banyaknya uanglah yang membahagiakan kita, tapi rahmat yang Allah berikan melalui uang tersebut :)


هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” [QS. Al-Mulk : 15]

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [QS. Ibrahim : 7]

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ * الَّذِي جَمَعَ مَالا وَعَدَّدَهُ * يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ
”Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya” [QS. Al-Humazah : 1-3].

Wallahualam bissawab. Anyway, tulisan ini masih masuk dalam kategori finance ga ya? *mikir*

No comments:

Post a Comment

Would be really happy to hear your thoughts. Do comment! ;)