Kenapa Malaysia? Kenapa Tidak!

Kuala Lumpur, Federal Territory of Kuala Lumpur, Malaysia
Tuesday 7 July 2015

Setelah menemukan blog mba-mba Indonesia yang menikah dengan para bule dan tinggal di negara asal suami mereka seperti blog mba Yoyen, mba Ailtje dan mba-mba lainnya, entah mengapa tangan saya menjadi tergerak untuk rajin menulis. Tulisan-tulisan kritis dan menggelitik mereka sangat menarik dan nyentil (dalam artian bagus, agar segala yang buruk-buruk diminimalisir) terutama tentang perbedaan budaya antara Indonesia dengan budaya negara yang mereka tempati. Yang belum tahu silahkan mampir ke blog mba-mba tersebut, they are worth reading :)

Saya kemudian menjadi ingin lebih sering mengamati dan menyalurkan pemikiran-pemikiran saya dalam tulisan. Banyak yang mungkin hal biasa bagi saya, namun ternyata hal yang baru bagi orang lain. Saya dan menulis juga sepertinya tidak bisa terlepaskan -- seberapa kuatnya saya mencoba. Beberapa ide yang hinggap di kepala saat ini diantaranya adalah tentang jurusan kuliah non-mainstream, beberapa cultural shock saya ketika kembali ke Indonesia (Ya, walaupun Kuala Lumpur dekat dan budayanya hampir mirip, tetap saja saya merasakan beberapa shock ketika kembali pulang), serta yang akan saya bahas kali ini: Kenapa Malaysia? 

Ketika mendengar saya akan melanjutkan perguruan tinggi ke Malaysia, tidak sedikit tanggapan yang saya terima, termasuk tanggapan berupa wajah bingung dan heran :D Kebanyakan teman SMA saya (termasuk saya di saat itu) mendambakan universitas-universitas top negeri dan tidak banyak yang targetnya adalah melanjutkan studi ke luar negeri. Belasan teman angkatan saya ada yang menargetkan luar negeri dan mereka diterima di Jerman, karena ada link guru di SMA saya yang biasa memberangkatkan siswa-siswa untuk melanjutkan sekolah di Jerman. Malaysia? Hanya saya dan satu orang perempuan dari kelas IPA.


"Di Indonesia aja, gausah ke luar nanti kita reunian kamu gaada"

Kata-kata ini yang sebenarnya paling membuat saya sedih ketika mengetahui saya akan kuliah di Malaysia. Sebenarnya, kuliah di Malaysia ini adalah keinginan dari orangtua saya. Seperti anak SMA lainnya, dulu saya ingin sekali masuk ke fakultas makara biru muda di Universitas Indonesia, tetapi saya hanya lulus di SNMPTN pada pilihan kedua :( Saya pun baru mengetahui universitas saya, International Islamic University Malaysia pada saat itu. Yang saya tahu kampus-kampus di Malaysia hanya Universiti Kebangsaan Malaysia, Universiti Malaysia, Limkokwing, Sunway dan Monash, kampus-kampus negeri dan kampus-kampus yang sering nongol iklannya di agen-agen sekolah luar negeri.

Tetapi saya sepertinya sudah terbiasa sendirian. Bukan, bukan terlalu lama sendirinya Kunto Aji kok :p saat masuk SMA saya juga satu-satunya siswa dari SMP saya yang tembus. Banyak juga les-les yang saya ikuti atas inisiatif saya sendiri, nanti baru di sana saya mencari teman. Kesempatan reunian dan bertemu teman-teman pun Insya Allah banyak, dan saya pun termasuk mahasiswi yang gagal merantau rajin pulang (jangan ditiru). Teman-teman Indonesia maupun non-Indonesian saya pun cukup banyak sehingga saya tidak terlalu merasa sendiri. Namanya juga orang Indonesia, pasti suka berkumpul dengan orang-orang dari kampung halaman yang sama. Ada Persatuan Pelajar Indonesia di kampus saya, dan organisasi paguyuban Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang yang baru saja dibentuk tahun lalu :)

"Kenapa harus Malaysia sih, kan banyak universitas dalam negeri yang lebih bagus. Memangnya pendidikan di sana lebih bagus?"

Saya sudah paham benar bahwa keinginan orangtua saya untuk menguliahkan saya di kampus ini karena pertama, universitas saya adalah universitas Islam dimana masih ada mata kuliah yang tentang fiqh, keislaman dan lainnya. Asrama tempat saya tinggal pun terpisah antara laki-laki dan perempuan (hal ini yang paling ditakuti oleh Mama saya), dan pergaulan antara laki-laki dan perempuan di kampuspun masih terjaga. Di kampuslah saya mendapatkan pengetahuan keislaman jauh lebih banyak daripada yang saya dapatkan daripada saat saya sekolah di sekolah Islam. Diskusinya lebih logic dan mendalam. Mungkin kalau saya kuliah di universitas dalam negeri saya sudah lupa untuk membaca Al-Qur'an, kali.

Kedua, saya memiliki keluarga yang tinggal di Kuala Lumpur, sehingga orangtua relatif merasa lebih aman karena saya bisa 'dititipkan' dalam jagaan mereka. Ketiga, universitas saya adalah kampus Internasional yang menerapkan full english. Bagi bahasa inggrisnya yang belum mencukupi standar kampus, ada kelas-kelas bahasa yang disediakan dan kita harus lulus dari ujian bahasa inggrisnya. Kampus saya juga merupakan research university yang tugas-tugasnya banyak mengharuskan untuk menulis, entah itu mini research atau report.

Lebih bagus atau tidaknya itu relatif. Keunggulan universitas di Malaysia adalah dalam penggunaan bahasa inggrisnya yang comprehensive, sehingga saya sudah tidak kagok lagi disuruh menulis panjang-panjang dalam bahasa inggris ataupun disuruh ngomong. Saya tidak tahu sistem pembelajaran di kampus Indonesia bagaimana, tapi di kampus saya lebih kepada diskusi, presentasi dan mini project. Dosen-dosennya juga sangat baik dan expert pada bidangnya (banyak yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun, memilih untuk settle down dan menjadi dosen, atau masih sedang berkarir), berkomunikasi melalui e-mail untuk berkonsultasi pun sudah biasa, dan dosen-dosen tersebut sangat terbuka untuk konsultasi, seberapa bodoh dan simpel pun pertanyaan kita.

Universitas di Malaysia atau di Indonesia? Saran saya, tentukan dahulu mau mengambil jurusan apa. Setiap kampus memiliki top faculty yang orang-ke-universitas-itu-karena-mau-belajar-itu. Kalau memang jurusan yang diinginkan ternyata lebih bagus kurikulum pembelajaran di dalam negeri, boleh kuliah di dalam negeri dulu, nanti sambung master dan Phd-nya di luar yang mendukung buat research. Malaysia bagus untuk starter - ingin kuliah di luar negeri dengan sistem yang berbeda dengan di Indonesia dan menerapkan full english, namun budaya dan lingkungannya masih mirip dan juga letaknya dekat dengan Indonesia. Kuliah di Malaysia? Kenapa tidak!

Nb. yang mau nanya-nanya soal kuliah dan kampus boleh kok, saya ngga galak. Comment aja :D

11 comments:

  1. Assalammu'alaikumwrwb. Hai mak, apa kabar? gimana kuliahnya? lancar2 aja kah? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikumussalaam wr wb fahmiiii anak osiskuuuuu yaampun kamu menemukan blog emak, nak! :')) alhamdulillah aku baik dan kuliah lancar. doakan bisa lulus tepat waktu dan nilainya sesuai target yah! college kamu gimanaa? udah dapet kampus belum di Jerman? :)

      Delete
    2. yeah aku bisa melihatnya di ig mak haha. mak alhamdulillah aku collegenya udah selesai, dan udah dapat kampus di hannover, insyaallah mulai september tahun ini mak, tolong do'akan aku cepat lulus jugaa huhuu

      Delete
    3. All the best luck fahmiiiii!

      Delete
  2. Mau tanya saya lulusan d3 manajemen mau lanjut kuliah di malaysia bisa gak ya? Mbak ada teman yg kuliah lanjut dari d3 seperti saya juga gak? Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo! Saya punya teman yang lulusan d3 cuman maaf saya lupa dulu jurusannya apa, tetapi beliau sekarang sedang lanjut kuliah S1 jurusan manajemen juga di kampus saya. Saya rasa tidak ada masalah dengan d3, bisa lanjut kuliah di Malaysia juga :)

      Delete
  3. Makasih mbak responnya, kalau boleh mau minta kontak temen mbak itu dong, boleh gak hehe? line atau wa gitu? Terimakasih ya.

    ReplyDelete
  4. Assalamu'alaikum, Kak
    Aku lagi iseng2 nyari info tentang kuliah di Malaysia dan ketemu blog kakak :) boleh minta emailnya gak kak untuk nanya-nanya? hehe, makasih banyak kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Annisa Shabrina, maaf reply-nya yang sungguh telat! Masih perlu informasi buat kuliah di Malaysia?

      Delete
  5. Halo Semua,

    Kepada siapa2 yang ingin kuliah di Malaysia, harus punya surat keterangan lulus dan IELTS (minimum score 5.5) untuk jurusan non-science sudah bisa ke Malaysia loh.

    gak percaya? salah satu Universitas di Malaysia yang responsif adalah di link ini www.msu.edu.my

    Bisa direct contact dengan academic counselornya. Saya salah satu mahasiswa di sana.

    ReplyDelete

Would be really happy to hear your thoughts. Do comment! ;)