Stop Standardizing Success

Tuesday 7 July 2015
https://www.pinterest.com/pin/448671181599372275/


Siapa yang tidak mau menjadi sukses? Beranjak bertambahnya usia, biasanya akan mulai banyak pertanyaan-pertanyaan muncul sebagai refleksi diri akan usia. Apa yang sudah saya capai selama ini? Apakah target saya telah terpenuhi? Seperti apa saya  tahun ke depan? Sukses memang impian semua orang dan semua akan berusaha mencapai sukses tersebut.

Namun, apakah definisi sukses itu sendiri? Menurut Oxford Dictionaries, success adalah the accomplishment of an aim or purpose. Sukses adalah pencapaian terhadap tujuan, terhadap target, terhadap suatu keinginan. Semakin dewasa, sukses ini terkadang banyak berkaitan dengan materil seperti pekerjaan, penghasilan dan penghargaan. Tentu, standar sukses bagi setiap orang itu berbeda-beda.

Banyak definisi sukses yang saya temukan ketika kuliah. Ketika duduk di bangku kuliah, ada teman yang memuji seorang senior karena berhasil menduduki jabatan ketua untuk international students di kampus saya. Secara tiba-tiba, ada pula nama senior SMA saya disebut-sebut sebagai pilihan untuk didatangkan sebagai speaker sebuah acara untuk mahasiswa. Kebetulan, senior saya ini merupakan pemuda yang aktif membentuk organisasi sosial di Indonesia dan pernah mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia terdahulunya. Definisi sukses teman saya ini adalah berhasil berkarir dan dipercaya dalam berorganisasi.

Ada lagi teman saya yang tidak peduli dengan organisasi. Ia merasa rapat berjam-jam, memikirkan hal di luar perkuliahan yang sudah berat sangat mengganggu dan membuang-buang waktu. Ia lebih memilih menyiapkan pendidikannya dengan CGPA outstanding sehingga harapnya dapat mempermudah ia mendapatkan pekerjaan setelah tamat kuliah nanti. Berbeda sekali bukan?

Suatu ketika saya terheran melihat teman saya yang pintar namun ia lulusan sekolah agama, bukan SMA negeri terkemuka Indonesia padahal saya tahu dia sangat capable. Namun, prioritasnya adalah menggali pengetahuan agama sebanyak-banyaknya agar nanti ia memiliki bekal saat berdiri sendiri di bangku perkuliahan dan hidup nanti. Tidak peduli, toh, nanti ia pun juga berencana melanjutkan studi ke universitas di luar negeri yang banyak dituju untuk memperdalam pengetahuan agama.


Melihat dari berbagai sudut pandang, saya sangat sadar bahwa setiap manusia memiliki kelebihan, kekurangan, minat dan bakatnya mereka sendiri. Jalan yang akan ditempuh juga mungkin tidak akan sama karena qualifications, ‘bahan mentah’nya sendiri berbeda. Kesalahan terletak ketika tujuan yang ingin dicapai harus sama dengan sebagian besar orang, pencapaian harus sama dengan orang lain bahkan harus lebih, sementara kemampuan dan potensi tiap-tiap orang itu berbeda bahkan yang lebih parah, dengan sedikit memaksa padahal sebenarnya ia tidak memiliki passion sama sekali di bidang tersebut. Tidak ada standar mutlak dalam kesuksesan; so stop standardizing, love and immerse yourself on what you loves! :)

Nb. Tulisan ini merupakan penulisan ulang dari post ini. Awalnya mau dijadiin bahan tulisan buat apply freelance writer/contributor tapi ternyata medianya minta contributor tetap yang stay in the office, dan letak kantornya adalah di Jakarta :(

No comments:

Post a Comment

Would be really happy to hear your thoughts. Do comment! ;)