lima puluh tujuh ribu

Padang, Padang City, West Sumatra, Indonesia
Sunday, 1 July 2012
"Saya nyesel dateng telat, barangnya bagus-bagus istri saya pasti suka.
Uang saya cuma 57 ribu, 2 ini bisa ga 57 ribu, dek?"

Saya baru saja menyelesaikan dua hari yang sangat meletihkan. Saya bersama teman teman lainnya mengadakan acara "Sunday Garage Sale", dimana kami menjual barang-barang bekas milik kami setelah beres-beres lemari, dan ternyata ada yang hanya dibeli tidak pernah dipakai, ada pula yang baru dipakai satu atau dua kali, semacam itulah. Walaupun ada pula yang baru, kami jual dengan sangat murah.

Hari pertama dimulai dari jam 6-11 pagi di GOR H. Agus Salim, Padang dan jam 3-6 sore di Jalan Pattimura. Berbagai barang seperti pakaian, sepatu, tas, aksesoris sampai jilbab kami tata rapi agar tampak cantik dilihat dan menarik perhatian para pengunjung. Alhamdulillah, di session pertama kami berjualan, tampak pengunjung sangat antusias. Hal ini dibuktikan dengan hampir 100 barang terjual dalam waktu satu hari, dan kami harus re-stock lagi.

Tapi bukan bagaimana kami berhasil melaksanakan "Sunday Garage Sale" yang akan saya bicarakan pada post kali ini. Tentang acara tersebut tentu akan saya share dalam post lain, nanti. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang saya ingin ceritakan dalam post ini?

Ketika itu, waktu menunjukkan sekitar pukul 5 sore di hari kedua kami mengadakan "Sunday Garage Sale". Hasil yang kami dapatkan ternyata diluar dugaan kami, karena pada session ketiga pada pagi harinya, booth kami sangat ramai dikunjungi oleh kakak-kakak maupun ibu-ibu yang tertarik dan ingin membeli dagangan kami. Gantungan pakaian yang semulanya penuh dan padat menjadi renggang. Alhamdulillah :)

Kaki sudah mulai kecapekan, suara sudah mulai serak karena bersemangat menarik pembeli, melakukan tawar-menawar, juga basa-basi dan kata-kata manis untuk calon pembeli (=p). Barang-barang bagus dan 'menjual' hanya bisa tinggal dihitung jari, selebihnya barang-barang yang (menurut kami)  kurang bagus masih banyak tertinggal. Kami berpindah ke tempat yang lebih sejuk, masih ada pengunjung saling bergantian datang ke booth  kami, namun kami sudah tidak se-semangat dan se-enerjik pagi tadi. 

Kemudian seorang pria dengan kaos putih datang ke booth kami...

Ia bertanya baju apa sajakah yang kami jual, dan kami jawab ada baju untuk anak anak, remaja, maupun orang dewasa. Kemudian, teman saya yang melayani bapak tersebut, mencarikan baju apa yang hendak ia inginkan. Saya saat itu sedang duduk di garasi belakang mobil karena kecapekan, kaki saya seperti ingin lepas rasanya. Namun, karena ada lagi pengunjung yang datang, mau tidak mau mereka harus saya layani.

Setelah sibuk melayani pembeli, mencarikan baju apa yang kira kira ia inginkan, saling tawar menawar, dan mencoba berbagai cara supaya harganya jangan didiskon lagi karena harga yang kami tawarkan sudah sangat murah, 10-60 ribu rupiah, Bapak itu sudah pergi lagi. Teman saya bilang, nanti beliau akan balik lagi, beliau mau ambil uang karena beliau saat itu tidak membawa satu peser uang pun ketika ke booth kami. Bapak tersebut juga meminta nomor handphone salah satu teman saya agar dapat dihubungi.

Waktu sudah maghrib, anehnya semakin malam semakin banyak pengunjung yang datang. Kami kehabisan ide bagaimana caranya agar dapat memasukkan barang secara cepat ke dalam mobil dan kabur, mandi, dan bertemu kasur secepatnya. Namun, teringat janji dengan bapak berkaos putih tadi dan nomor yang ia tinggalkan.

Tak lama kemudian bapak tersebut datang, "Wah saya nyesal tidak datang duluan, barang kalian bagus-bagus. Istri saya pasti suka." kata bapak berkaos putih itu, tulus. Ia terlihat tertarik pada dua buah atasan wanita, satu berwarna ungu dan satu lagi berwarna putih. Dengan sedikit ragu, beliau berkata, "Uang saya cuma 57 ribu, dua ini bisa 57 ribu aja ga dek?"

Dengan berat hati kami katakan bahwa tidak bisa, karena satu atasan berwarna ungu tersebut adalah barang butik yang baru datang, bukan barang second, berbahan dasar sangat lembut dan harga yang kami berikan hanya Rp 40.000,00. sungguh harga yang sangat jauh dari harga awal butik, 100.000 ke atas.

Akhirnya, bapak tersebut mendapatkan barangnya dengan harga Rp 57.000,00 karena waktu juga semakin gelap dan kami sudah letih ingin cepat-cepat menutup "Sunday Garage Sale" dan menuju rumah masing-masing.

Ketika perjalanan di mobil menuju rumah, saya dan Andrie diantarkan oleh mobil Kak Ayes dengan Hilda. Saat itu tiba-tiba terlintas dalam kepala kami sosok bapak berkaos putih tadi. "Uang saya cuma 57 ribu, dua ini bisa 57 ribu aja ga dek?" "Saya nyesal tidak datang telat, barang kalian bagus bagus, pasti istri saya suka." semua perkataan beliau terngiang-ngiang di kepala kami dan menghasilkan satu kesimpulan...

Kenapa kami tidak memberikan saja baju tadi kepada bapak tersebut?

Hal memilukan lainnya yang ternyata baru saya ketahui adalah.... bapak tersebut tidak memakai alas kaki ketika datang ke booth kami. Ia berjalan kaki tanpa alas kaki. Ia kembali ke booth kami setelah mengambil uang di rumahnya juga ternyata..... tanpa alas kaki :")

Kenapa kami tidak menyadari bahwa bapak tersebut untuk menuju tempat kamipun tidak beralaskan kaki?
Kenapa kami tidak menyadari bahwa uang yang hanya ia bawa dari rumah, yang terlipat erat di tangan beliau hanya Rp 57.000,00?
Kenapa kami tidak memberikan saja baju tadi secara gratis kepada bapak tersebut? Toh baju sisa inipun mungkin akan kami sumbangkan, karena tidak mungkin kembali lagi ke dalam lemari kami.

Rasa bersalah menghantui, semakin diingat-ingat, tanpa sendal, balik kembali mengambil uang, hanya lima puluh tujuh ribu, dan dua atasan untuk istrinya. Serius, setelah shalat Isya dan berdo'a saya menangis. 

Mungkin bagi kami barang yang kami jual tidak lagi sedang tren, sedang tidak musim, menurut kami sudah jelek, tapi ternyata..... di deretan pakaian itu, seorang bapak dengan mata berseri mengatakan "barang kalian bagus-bagus sekali, istri saya pasti suka" T_T

Mungkin bagi kami apalah arti lima puluh tujuh ribu, dibandingkan harga awal barang-barang yang mungkin berkali-kali lipat dari harga yang kami tawarkan. tapi ternyata... dengan lima puluh tujuh ribu seorang bapak berkaos putih bahagia, menemukan dua hadiah yang akan ia berikan kepada istrinya.

Mata saya berair, betapa sederhananya kebahagiaan, betapa tidak bersyukurnya, saya, terutama, telah diberikan segala kemudahan namun terkadang masih mengeluh, masih ngerasa kurang, masih banyak maunya, padahal di luar sana banyak orang yang masih sangat berkekurangan. Betapa sempurnanya kehidupan telah Allah berikan, namun kadang kita lupa bersyukur, kita masih pengen ini itu, masih ngeluh kok nggak dikasih sama Allah.

Terima kasih banyak ya Pak, pelajaran yang saya dapatkan melalui bapak di "Sunday Garage Sale" ini sungguh sangat berharga. Terima kasih sudah mencambuk hati saya dan juga teman-teman saya, mengingatkan kembali bahwa telah banyak nikmat yang Ia berikan, sudah sepatutnya kita harus banyak bersyukur dan terus mendekatkan diri kepada-Nya.

N.B: saya baru nyadar, sewaktu bapak tersebut datang ke booth kami pertama kali, langsung booth kami ramai kembali :') dan saya lupa siapa yang nyeletuk gini sama saya "wah gara-gara ada bapak itu, jadi rame gitu tempat kita"
N.N.B : kita udah menghubungi lagi bapak tersebut melalui kak ayes, dengan pandai pandai kata besok kami akan bertemu lagi dengan beliau :)

1 comment:

  1. That's such a touching experience. Tell us more what happened after you met him? I'm just curious like that. A lot of good people out there who needs help and it's nice there's someone like you who cares :)

    ReplyDelete

Would be really happy to hear your thoughts. Do comment! ;)