Setelah menemukan blog mba-mba Indonesia yang menikah dengan para bule dan tinggal di negara asal suami mereka seperti blog mba
Yoyen, mba
Ailtje dan mba-mba lainnya, entah mengapa tangan saya menjadi tergerak untuk rajin menulis. Tulisan-tulisan kritis dan menggelitik mereka sangat menarik dan
nyentil (dalam artian bagus, agar segala yang buruk-buruk diminimalisir) terutama tentang perbedaan budaya antara Indonesia dengan budaya negara yang mereka tempati. Yang belum tahu silahkan mampir ke blog mba-mba tersebut,
they are worth reading :)
Saya kemudian menjadi ingin lebih sering mengamati dan menyalurkan pemikiran-pemikiran saya dalam tulisan. Banyak yang mungkin hal biasa bagi saya, namun ternyata hal yang baru bagi orang lain. Saya dan menulis juga sepertinya tidak bisa terlepaskan -- seberapa kuatnya saya mencoba. Beberapa ide yang hinggap di kepala saat ini diantaranya adalah tentang jurusan kuliah non-mainstream, beberapa cultural shock saya ketika kembali ke Indonesia (Ya, walaupun Kuala Lumpur dekat dan budayanya hampir mirip, tetap saja saya merasakan beberapa shock ketika kembali pulang), serta yang akan saya bahas kali ini: Kenapa Malaysia?
Ketika mendengar saya akan melanjutkan perguruan tinggi ke Malaysia, tidak sedikit tanggapan yang saya terima, termasuk tanggapan berupa wajah bingung dan heran :D Kebanyakan teman SMA saya (termasuk saya di saat itu) mendambakan universitas-universitas top negeri dan tidak banyak yang targetnya adalah melanjutkan studi ke luar negeri. Belasan teman angkatan saya ada yang menargetkan luar negeri dan mereka diterima di Jerman, karena ada link guru di SMA saya yang biasa memberangkatkan siswa-siswa untuk melanjutkan sekolah di Jerman. Malaysia? Hanya saya dan satu orang perempuan dari kelas IPA.