New Love: Scandinavian Style

Thursday, 20 August 2015

Walaupun saya ini vintage, feminine and classic sejati, tapi saat ini saya lagi suka-sukanya sama Scandinavian Style. Menurut Wikipedia, Scandinavian style ini datang dari gaya di Scandinavian countries seperti Denmark, Norway, Sweden dan Finland. Gaya yang diusung lebih kepada clean, minimalis dan fungsional. Berbeda dengan gaya classic yang sarat dengan detail dan ornamen, Scandinavian Style ini lebih kepada muted colors, monochrome, dan texture. Kesannya sangat modern dan sleek.

Scandinavian trend ini sudah mulai menyebar di luar sana, bisa dilihat dengan banyaknya yang mengadaptasi style ini pada hunian mereka. Bagaimana dengan di Indonesia? Saya menemukan di youtube video tentang hunian yang menerapkan Scandinavian Style ini loh di Indonesia, saya taruh videonya deh ini buat dicek. Interior untuk cafe dan kantor pun juga sepertinya sudah mulai-mulai terpengaruhi dan yang paling saya sering liat Scandivanian Style ini adalah di feed instagram saya, tren ini berkembang pula sampai ke fashion style.

Uang, Kebahagiaan dan Rahmat

Kuala Lumpur, Federal Territory of Kuala Lumpur, Malaysia
Monday, 10 August 2015
siapa yang tidak mau uang sebanyak ini? (source)
Sepertinya ini post pertama saya soal finance :p bukan, saya cuman kurang pede aja masih merasa belum cukup ilmu buat ngebahas tentang finance. Apalagi kalau ternyata bakal dibaca oleh para Masters in Finance, atau pun juga peminat finance dan orang-orang finance. Waduh, malu saya. Ilmunya masih cetek.

Baru saja tadi pagi saya mengikuti Arabic Oral Test dimana bahasa Arab merupahan mata kuliah wajib bagi siswa, setidaknya 2 level untuk beberapa fakultas (termasuk fakultas ekonomi dan manajemen saya) sedangkan 6 level untuk fakultas lainnya. Masing-masing siswa harus mencari partnernya (in my case, 3 orang karena satu orang lagi tidak mendapat partner), memilih satu dari beberapa kertas (seperti cabut undi) yang berisikan 2 pertanyaan. Pertanyaan pertama kami diharuskan membuat sebuah percakapan mengenai "Berpuasa di bulan Ramadhan" dan yang kedua adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing karena berupa opini setuju atau tidak setuju. Pertanyaannya adalah "Apakah uang/harta adalah sumber kebahagiaan hidup?".

Dengan bahasa Arab yang pas-pasan dan bercampur dengan bahasa Inggris, saya menjawab uang/harta sangat penting dalam kehidupan, namun bukan satu-satunya sumber kebahagiaan.

Visa oh Visa

Kuala Lumpur, Federal Territory of Kuala Lumpur, Malaysia
Thursday, 30 July 2015
Permohonan aplikasi pun dimajukan menjadi harus 3 bulan sebelum expiry, padahal sebelumnya pihak imigrasi hanya menerima sebulan atau 2 bulan sebelum

Saya sudah bertekad setelah kembali lagi ke Kuala Lumpur setelah libur lebaran, saya harus submit student pass renewal karena student pass/student visa saya akan berakhir pada akhir bulan September nanti dan akhirnya baru saja direalisasikan kemarin. Banyaknya mahasiswa internasional yang bermasalah dengan permohonan perpanjangan visa mereka, membuat saya harap-harap cemas semoga saja hal tersebut tidak terjadi pada saya.

Kenapa Malaysia? Kenapa Tidak!

Kuala Lumpur, Federal Territory of Kuala Lumpur, Malaysia
Tuesday, 7 July 2015

Setelah menemukan blog mba-mba Indonesia yang menikah dengan para bule dan tinggal di negara asal suami mereka seperti blog mba Yoyen, mba Ailtje dan mba-mba lainnya, entah mengapa tangan saya menjadi tergerak untuk rajin menulis. Tulisan-tulisan kritis dan menggelitik mereka sangat menarik dan nyentil (dalam artian bagus, agar segala yang buruk-buruk diminimalisir) terutama tentang perbedaan budaya antara Indonesia dengan budaya negara yang mereka tempati. Yang belum tahu silahkan mampir ke blog mba-mba tersebut, they are worth reading :)

Saya kemudian menjadi ingin lebih sering mengamati dan menyalurkan pemikiran-pemikiran saya dalam tulisan. Banyak yang mungkin hal biasa bagi saya, namun ternyata hal yang baru bagi orang lain. Saya dan menulis juga sepertinya tidak bisa terlepaskan -- seberapa kuatnya saya mencoba. Beberapa ide yang hinggap di kepala saat ini diantaranya adalah tentang jurusan kuliah non-mainstream, beberapa cultural shock saya ketika kembali ke Indonesia (Ya, walaupun Kuala Lumpur dekat dan budayanya hampir mirip, tetap saja saya merasakan beberapa shock ketika kembali pulang), serta yang akan saya bahas kali ini: Kenapa Malaysia? 

Ketika mendengar saya akan melanjutkan perguruan tinggi ke Malaysia, tidak sedikit tanggapan yang saya terima, termasuk tanggapan berupa wajah bingung dan heran :D Kebanyakan teman SMA saya (termasuk saya di saat itu) mendambakan universitas-universitas top negeri dan tidak banyak yang targetnya adalah melanjutkan studi ke luar negeri. Belasan teman angkatan saya ada yang menargetkan luar negeri dan mereka diterima di Jerman, karena ada link guru di SMA saya yang biasa memberangkatkan siswa-siswa untuk melanjutkan sekolah di Jerman. Malaysia? Hanya saya dan satu orang perempuan dari kelas IPA.

Stop Standardizing Success

https://www.pinterest.com/pin/448671181599372275/


Siapa yang tidak mau menjadi sukses? Beranjak bertambahnya usia, biasanya akan mulai banyak pertanyaan-pertanyaan muncul sebagai refleksi diri akan usia. Apa yang sudah saya capai selama ini? Apakah target saya telah terpenuhi? Seperti apa saya  tahun ke depan? Sukses memang impian semua orang dan semua akan berusaha mencapai sukses tersebut.

Namun, apakah definisi sukses itu sendiri? Menurut Oxford Dictionaries, success adalah the accomplishment of an aim or purpose. Sukses adalah pencapaian terhadap tujuan, terhadap target, terhadap suatu keinginan. Semakin dewasa, sukses ini terkadang banyak berkaitan dengan materil seperti pekerjaan, penghasilan dan penghargaan. Tentu, standar sukses bagi setiap orang itu berbeda-beda.

Serba Serbi Ramadhan dan Idul Fitri

Saturday, 27 June 2015
Ramadhan Kareem! Ceritanya saya teringat tentang tulisan polos saya yang ditulis untuk tugas sekolah pada masa sekolah menengah pertama. Tulisan tersebut menceritakan pengalaman saya untuk pertama kalinya berlebaran di negeri orang, tepatnya di Kuala Lumpur, Malaysia. Entah karena apa waktu itu, kami sekeluarga (seingat saya tanpa Papa) memutuskan untuk berlebaran di Kuala Lumpur tempat tante saya beserta keluarganya tinggal. Tulisan tersebut sangat lucu, karena saya dengan polosnya mengatakan saya harus diam-diam ngomong Bahasa Indonesia biar tidak disangka TKI -- entah ilham dari mana sampai saya bisa mengatakan seperti itu haha -- tetapi, walaupun begitu tulisan saya sampai dimuat di blog online sekolah, lho. Dulu saya sempat cek masih ada, tapi entah mengapa sekarang sudah tidak ditemukan, sepertinya sudah di non-aktifkan dan dibuat blog baru, padahal saya mau share juga tulisan polos itu di blog ini hihi.

Ramadhan kali ini yang bertepatan dengan short semester, saya Alhamdulillah mendapatkan sekitar 4 hari berpuasa di rumah dan juga berkesempatan mengikuti acara buka bersama dan pengajian tahunan keluarga (yang sangat saya kangenin, karena tahun tahun sebelumnya saya hanya dapat menatapi foto-fotonya saja). Setelah 4 hari, saya kembali ke negeri seberang. Short semester ini sebenarnya optional, boleh diambil boleh tidak. Pilihan subjects nya pun sangat terbatas, jurusan saya hanya offer 2 core subjects, tetapi saya memilih untuk mengambilnya karena salah satu mata kuliah wajib adalah Qur'anic Language, bahasa Arab, dan mata kuliah ini sangat mengganggu jadwal apabila diambil ketika long semester -- seringkali berbenturan dengan jadwal mata kuliah lain. Tidak apa-apa sih, toh saya juga pulang lagi nanti lebaran! :P

Enak ga sih Ramadhan di sini?

Good Morality

Tuesday, 2 June 2015

"Tell people about your religion without the use of your tongue." 
- Imam Ja'far al-Sadiq (as)
I found this meaningful words from twitter and immediately saved it as favorite. If you happened to follow mine, you can check my favorite tab, there you will found random tweets, links, quotes and people's tweets that I like or inspired me.

Without the use of your tongue. With extra underline on the word without, because that's we supposed to highlight. I honestly don't have much interest in joining usrah, listen to all the ceramah or Islamic discourses, but I do find myself left behind when I saw someone with his/her modesty. Someone who never looked down someone like me, who is still crawling to be a better muslimah. Someone who never judged my foolish and ego of not obeying His order, but with his/her consistent and perseverance, he/she already slapped me with my mind instead.

Comparing myself, Alhamdulillah, I've never skipped my prayer intentionally, and I'm trying to read the Qur'an daily. The hardest thing that I still trying up are how I dress, how I mingle with the opposite gender and how to keep myself straight in the right path with how I act and my mind. These people who showed me his/her consistency made me want to know much more on what he/she knows, why is he/she do this and that, and questioning myself did I do everything really on the right way?

I took subject Ethics and Fiqh of Everyday Life this semester. I learned that having a good morality, it shows the spirit of Islam because Allah SWT sent the Prophet SAW in order to perfecting the moral of the people,
"I have sent (the Messenger of Allah) for the purpose of perfecting good morals." (hadith)
Islam that comes from the word of Salam which means peace, upholds good relationship within a creation and his God in spiritual sense and good relationship among human beings with a good morality.

A good morality is also as a validation of Iman, because lacking in good morals can be lacking in faith too.
"A Muslim is the one ho avoids harming Muslims with his tongue and hand." (hadith)
"Which Muslim has the perfect faith?" "He who has the best moral character." (hadith)
"He who believes in Allah and the Last Day of Judgement is forbidden to cause any harm to his neighbors, is to be kind to his guests - especially the strangers, and is to say the truth or else abstain." (hadith)
It's a little bit upsetting when I saw people who claimed to be a muslim but when he speaks he hurts people, or when she saw someone who is contradicted to the pillars of Islam, she pointed out her finger and judged her in public. None of us like all these, right?

I myself too, still lacking and needs improvement here and there that I don't claim myself to be already had a good morality in here. But with these words I found, let's hand to hand helping each other to be a better muslim right? a better human being.